[Senin, 24 Agustus 2009]
MEREKA tak terlelap dalam dekap rasa takut saat desing peluru lalulalang di samping telinga. Ketegaran pun tak juga runtuh saat gelegar bom dijatuhkan di antara langkah-langkah kaki mereka.
Upaya para pejuang untuk ngrebut kemerdekaan Indonesia emang nggak cukup kalo hanya diacungi kedua jempol kita, atau bahkan semua jempol yang kita miliki. Mereka (baca: pejuang) adalah pribadi-pribadi yang begitu dahsyat, berbuat untuk bangsa dan negaranya. Sudahkah kita semua mewarisi jiwa-jiwa mereka? Lantas apa sih arti kemerdekaan bagi kita setelah para pejuang merebutnya hingga tetes darah penghabisan?
JADI untuk ngeraih kemerdekaan itu nggak mudah kan, dan jelas nggak gampang pastinya. Karena banyak jiwa telah jadi korban untuk kebutuhan itu. Bisa dikatakan yang namanya kemerdekaan itu begitu sakral.
Bagi generasi eyang, ayah ato mama kita, arti kemerdekaan itu bisa aja beda dengan kita-kita. Bisa jadi kemerdekaan dulu itu adalah sebuah upaya mewujudkan kebebasan dari siksa dan penjajahan bangsa lain, kayak bangsa Belanda dan Bangsa Jepang. Tapi bagi kita-kita, kemerdekaan bisa menuntut perwujudan yang lain lho. Coba aja simak pendapat temen-temen kita. Begitu juga bagaimana pak guru nyikapi arti kemerdekaan di abad ini.
Kata Levina Febiola Vistalita yang jadi kolektor medali kejuaraan, semua itu tak lepas pengorbanan para pejuang. Makanya dia begitu bangga.
‘’Buatku kita wajib bangga ama bangsa Indonesia. Karena dengan bangga, maka jasa-jasa pahlawan yang udah gugur nggak sia-sia berjuang demi ngeraih dan mewujudkan kemerdekaan 17 Agustus 1945. Dan upacara bendera buatku juga penting, karena dengan itu kita bisa sekaligus ngehormati bendera merah putih yang tengah terbentang di atas. Kalau udah begitu rasanya sakral banget. Karena butuh beberapa tahun buat mengibarkan bendera pusaka itu,’’ ujar temen kita kelas X SMAN 1 Banguntapan Bantul.
Oleh sebab itu, Levina yang demen banget nonton film dan udah ngumpulin tiga mendali emas, dua medali perak, dan satu perunggu dari cabang panahan ini membuktikan kecintaannya pada Indonesia dengan berusaha mengoptimalkan kemampuannya guna ngeraih prestasi. ‘’Aku udah buktiin di event antar PPLP se-Indonesia di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, 3 hingga 7 Agustus 2009,’’ katanya sambil nyebutin beberapa medali yang diraihnya tadi.
Sementara teman kita dari SMA Muhammadiyah 3 Jogja, Wahyu Aji Bimantoro punya penilaian kalo kita-kita udah seharusnya menghormati yang momentum hadirnya hari kemerdekaan. ‘’Salah satu caranya ya dengan belajar,’’ katanya tegas. “Makanya kita sebagai pelajar ya harus rajin belajar. Tapi ya nggak cuman belajar doan. Ya kudu pinter dong. So kita juga harus tetep nginget en ngenang jasa-jasa jasa para pahlawan biar apa yang udah mereka lakuin itu nggak sia-sia berjuang. Pokoknya kita harus ngisi kemerdekaan ini ama hal-hal yang penuh prestasi dan membanggakan,” kata Wahyu yang beberapa waktu lalu ngeraih kejuaraan Lomba Karya Tulis Ilmiah yang diselenggarain ama UPI Bandung beberapa waktu lalu.
Lewat karya tulisnya Wahyu mengeksplor pemikirannya, bahwa briket sampah organik itu bisa dijadiin energi alternatif yang ramah lingkungan. Selain itu juga bisa diaplikasiin dalam kehidupan nyata. ‘’Tapi kalo mau jujur sebenernya kita ini belum bener-bener merdeka lho. Kebukti masih banyak anak muda yang masih mengagung-agungkan barang impor, sayang ya. Karena bentuk penjajahan di abad ini jelas beda dibanding zaman ayah dan ibu kita,’’ katanya.
Beda lagi ama temen kita dari SMKN Sleman ato Stembayo, Wijayanti. Peserta gelar prestasi kepemimpinan dan bela negara ini ngaku begitu ngerasain kesakralan arti kemerdekaan saat ia ngikutin upacara 17 Agustus. “Apalagi kalo pas ikut jadi paskibra saat upacara 17-an. Saat itu aku langsung kebayang ama pengorbanan para pejuang kita yang udah ngorbanin nyawanya demi ngraih kemerdekaan,” katanya.
So, .....apa yang udah kalian lakuin dengan kemerdekaan yang kebukti dah diraih dengan banyak pengorbanan itu?
Satu lagi temen kita yang punya prestasi internasional pun urun rembug. ‘’ Sebenernya sih bukan kita yang berusaha ngejadiian Indonesia bebas merdeka. Tapi jelas-jelas semua itu terwujud karena jasa para pahlawan. Dengan kemerdekaan, kita bisa bener-bener bebas nglakuin apapun. Tapi jelas dengan nglakuin aktivitas yang bisa dipertanggungjawabkan,’’ kata Marella Alexandra Vania Jovita, temen kita dari IPA 5 SMAN 2 Jogja.
Marella yang beberapa waktu lalu ngraih Platinum Award di ajang World Youth Meeting 2009 di Jepang dengan Tema Building Human Bonds in the Internet Age: Rethinking The Nature and Quality of Communication.
‘’Dengan merdeka, buka berarti kita bisa bebas sebebas-bebasnya. Sebagai wujud rasa syukur, kita sebagai makhluk ciptaan Tuhan, kita harus mengoptimalkan kemampuan yang diberikan. Ayo kita tunjukin kalo kita bisa berprestasi. Karena cuman dengan itu kita bisa isi kemerdekaan dan bikin bangsa ini bangga,’’ tegas pengoleksi 50 tropi kejuaraan ini. (per/eza/sha)
DULU, yang namanya berjuang demi kehormatan bangsa yang lagi dijajah negara lain dilakukan dengan berperang menggunakan senjata bambu runcing dan peralatan seadanya. Waktu itu pejuang melakukannya tanpa pamrih ingin mendapat kedudukan atau imbalan uang. Bahkan mereka melakukan itu hingga tetes darah penghabisan. Perjuangan itupun dilakukan selama bertahun-tahun. Hingga akhirnya terwujudnya kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.
Tanpa terasa kemerdekaan itu telah berusia 64 tahun. Dan kemerdekaan di masa sekarang adalah meneruskan perjuangan yang sudah dilakukan zaman dulu. Caranya, jelas dengan memajukan bangsa melalui tindakan berpretasi di berbagai bidang, baik pendidikan, olahraga, dan lainnya juga intinya membawa nama besar bangsa ini di mata dunia internasional.
Sebenarnya cukup banyak contoh membanggakan yang udah dilakukan pemuda-pemuda bangsa dengan menjuarai olimpiade internasional. Mereka sukses meraih medali emas, perak dan perunggu. Prestasi-prestasi semacam itu harus ditingkatkan agar bangsa ini disegani oleh bangsa lain.
Saat ini peringatan kemerdekaan begitu kental merasuk di setiap hati masyarakat. Memang caranya beragam. Berbagai aktivitas memperingati momentum hari kemerdekaan juga begitu heboh dilakukan di kampung-kampung. Mereka mengenang jasa pahlawan bangsa dengan berbagai cara, mulai melakukan upacara bendera, lomba-lomba 17-an yang tujuannya tetep menjaga dan terus meningkatkan rasa kebersamaan dan persatuan. Karena jelas kemerdekaan ini bisa diraih berkat adanya rasa kebersamaan dan persatuan. Melalui hal-hal seperti itulah rasa nasionalisme bisa terus dipupuk dan terus dikembangkan lebih besar.
Jelas, kita tidak boleh melupakan sejarah, baik peristiwa yang baik ataupun buruk harus kita hayati dan pahami, agar nanti bisa menjadi cerita bagi penerus bangsa.
Bagi generasi sekarang, mengisi kemerdekaan bisa dilakukan dengan cara mendorong adanya perbaikan sistem pendidikan, salah satu contoh yang bisa dilakukan yaitu pelajaran sejarah harus diberikan dengan porsi lebih banyak dan dimasukkan dalam ujian nasional. Semua itu agar anak-anak bisa peduli dan tahu perkembangannya. Bukan sekadar hafalan seperti yang selama ini terjadi.
Drs. Ahmad Johan
Guru Sejarah SMAN 1 Depok
MEREKA tak terlelap dalam dekap rasa takut saat desing peluru lalulalang di samping telinga. Ketegaran pun tak juga runtuh saat gelegar bom dijatuhkan di antara langkah-langkah kaki mereka.
Upaya para pejuang untuk ngrebut kemerdekaan Indonesia emang nggak cukup kalo hanya diacungi kedua jempol kita, atau bahkan semua jempol yang kita miliki. Mereka (baca: pejuang) adalah pribadi-pribadi yang begitu dahsyat, berbuat untuk bangsa dan negaranya. Sudahkah kita semua mewarisi jiwa-jiwa mereka? Lantas apa sih arti kemerdekaan bagi kita setelah para pejuang merebutnya hingga tetes darah penghabisan?
JADI untuk ngeraih kemerdekaan itu nggak mudah kan, dan jelas nggak gampang pastinya. Karena banyak jiwa telah jadi korban untuk kebutuhan itu. Bisa dikatakan yang namanya kemerdekaan itu begitu sakral.
Bagi generasi eyang, ayah ato mama kita, arti kemerdekaan itu bisa aja beda dengan kita-kita. Bisa jadi kemerdekaan dulu itu adalah sebuah upaya mewujudkan kebebasan dari siksa dan penjajahan bangsa lain, kayak bangsa Belanda dan Bangsa Jepang. Tapi bagi kita-kita, kemerdekaan bisa menuntut perwujudan yang lain lho. Coba aja simak pendapat temen-temen kita. Begitu juga bagaimana pak guru nyikapi arti kemerdekaan di abad ini.
Kata Levina Febiola Vistalita yang jadi kolektor medali kejuaraan, semua itu tak lepas pengorbanan para pejuang. Makanya dia begitu bangga.
‘’Buatku kita wajib bangga ama bangsa Indonesia. Karena dengan bangga, maka jasa-jasa pahlawan yang udah gugur nggak sia-sia berjuang demi ngeraih dan mewujudkan kemerdekaan 17 Agustus 1945. Dan upacara bendera buatku juga penting, karena dengan itu kita bisa sekaligus ngehormati bendera merah putih yang tengah terbentang di atas. Kalau udah begitu rasanya sakral banget. Karena butuh beberapa tahun buat mengibarkan bendera pusaka itu,’’ ujar temen kita kelas X SMAN 1 Banguntapan Bantul.
Oleh sebab itu, Levina yang demen banget nonton film dan udah ngumpulin tiga mendali emas, dua medali perak, dan satu perunggu dari cabang panahan ini membuktikan kecintaannya pada Indonesia dengan berusaha mengoptimalkan kemampuannya guna ngeraih prestasi. ‘’Aku udah buktiin di event antar PPLP se-Indonesia di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, 3 hingga 7 Agustus 2009,’’ katanya sambil nyebutin beberapa medali yang diraihnya tadi.
Sementara teman kita dari SMA Muhammadiyah 3 Jogja, Wahyu Aji Bimantoro punya penilaian kalo kita-kita udah seharusnya menghormati yang momentum hadirnya hari kemerdekaan. ‘’Salah satu caranya ya dengan belajar,’’ katanya tegas. “Makanya kita sebagai pelajar ya harus rajin belajar. Tapi ya nggak cuman belajar doan. Ya kudu pinter dong. So kita juga harus tetep nginget en ngenang jasa-jasa jasa para pahlawan biar apa yang udah mereka lakuin itu nggak sia-sia berjuang. Pokoknya kita harus ngisi kemerdekaan ini ama hal-hal yang penuh prestasi dan membanggakan,” kata Wahyu yang beberapa waktu lalu ngeraih kejuaraan Lomba Karya Tulis Ilmiah yang diselenggarain ama UPI Bandung beberapa waktu lalu.
Lewat karya tulisnya Wahyu mengeksplor pemikirannya, bahwa briket sampah organik itu bisa dijadiin energi alternatif yang ramah lingkungan. Selain itu juga bisa diaplikasiin dalam kehidupan nyata. ‘’Tapi kalo mau jujur sebenernya kita ini belum bener-bener merdeka lho. Kebukti masih banyak anak muda yang masih mengagung-agungkan barang impor, sayang ya. Karena bentuk penjajahan di abad ini jelas beda dibanding zaman ayah dan ibu kita,’’ katanya.
Beda lagi ama temen kita dari SMKN Sleman ato Stembayo, Wijayanti. Peserta gelar prestasi kepemimpinan dan bela negara ini ngaku begitu ngerasain kesakralan arti kemerdekaan saat ia ngikutin upacara 17 Agustus. “Apalagi kalo pas ikut jadi paskibra saat upacara 17-an. Saat itu aku langsung kebayang ama pengorbanan para pejuang kita yang udah ngorbanin nyawanya demi ngraih kemerdekaan,” katanya.
So, .....apa yang udah kalian lakuin dengan kemerdekaan yang kebukti dah diraih dengan banyak pengorbanan itu?
Satu lagi temen kita yang punya prestasi internasional pun urun rembug. ‘’ Sebenernya sih bukan kita yang berusaha ngejadiian Indonesia bebas merdeka. Tapi jelas-jelas semua itu terwujud karena jasa para pahlawan. Dengan kemerdekaan, kita bisa bener-bener bebas nglakuin apapun. Tapi jelas dengan nglakuin aktivitas yang bisa dipertanggungjawabkan,’’ kata Marella Alexandra Vania Jovita, temen kita dari IPA 5 SMAN 2 Jogja.
Marella yang beberapa waktu lalu ngraih Platinum Award di ajang World Youth Meeting 2009 di Jepang dengan Tema Building Human Bonds in the Internet Age: Rethinking The Nature and Quality of Communication.
‘’Dengan merdeka, buka berarti kita bisa bebas sebebas-bebasnya. Sebagai wujud rasa syukur, kita sebagai makhluk ciptaan Tuhan, kita harus mengoptimalkan kemampuan yang diberikan. Ayo kita tunjukin kalo kita bisa berprestasi. Karena cuman dengan itu kita bisa isi kemerdekaan dan bikin bangsa ini bangga,’’ tegas pengoleksi 50 tropi kejuaraan ini. (per/eza/sha)
----------------------------------------
IN TALK
Jaga Kebersamaan dan PersatuanDULU, yang namanya berjuang demi kehormatan bangsa yang lagi dijajah negara lain dilakukan dengan berperang menggunakan senjata bambu runcing dan peralatan seadanya. Waktu itu pejuang melakukannya tanpa pamrih ingin mendapat kedudukan atau imbalan uang. Bahkan mereka melakukan itu hingga tetes darah penghabisan. Perjuangan itupun dilakukan selama bertahun-tahun. Hingga akhirnya terwujudnya kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.
Tanpa terasa kemerdekaan itu telah berusia 64 tahun. Dan kemerdekaan di masa sekarang adalah meneruskan perjuangan yang sudah dilakukan zaman dulu. Caranya, jelas dengan memajukan bangsa melalui tindakan berpretasi di berbagai bidang, baik pendidikan, olahraga, dan lainnya juga intinya membawa nama besar bangsa ini di mata dunia internasional.
Sebenarnya cukup banyak contoh membanggakan yang udah dilakukan pemuda-pemuda bangsa dengan menjuarai olimpiade internasional. Mereka sukses meraih medali emas, perak dan perunggu. Prestasi-prestasi semacam itu harus ditingkatkan agar bangsa ini disegani oleh bangsa lain.
Saat ini peringatan kemerdekaan begitu kental merasuk di setiap hati masyarakat. Memang caranya beragam. Berbagai aktivitas memperingati momentum hari kemerdekaan juga begitu heboh dilakukan di kampung-kampung. Mereka mengenang jasa pahlawan bangsa dengan berbagai cara, mulai melakukan upacara bendera, lomba-lomba 17-an yang tujuannya tetep menjaga dan terus meningkatkan rasa kebersamaan dan persatuan. Karena jelas kemerdekaan ini bisa diraih berkat adanya rasa kebersamaan dan persatuan. Melalui hal-hal seperti itulah rasa nasionalisme bisa terus dipupuk dan terus dikembangkan lebih besar.
Jelas, kita tidak boleh melupakan sejarah, baik peristiwa yang baik ataupun buruk harus kita hayati dan pahami, agar nanti bisa menjadi cerita bagi penerus bangsa.
Bagi generasi sekarang, mengisi kemerdekaan bisa dilakukan dengan cara mendorong adanya perbaikan sistem pendidikan, salah satu contoh yang bisa dilakukan yaitu pelajaran sejarah harus diberikan dengan porsi lebih banyak dan dimasukkan dalam ujian nasional. Semua itu agar anak-anak bisa peduli dan tahu perkembangannya. Bukan sekadar hafalan seperti yang selama ini terjadi.
Drs. Ahmad Johan
Guru Sejarah SMAN 1 Depok
Tidak ada komentar:
Posting Komentar