Berkendaraan dengan Baik dan Aman

[Senin, 12 Oktober 2009]
Trauma Setelah Delapan Kali Ditilang

PASANG hingga terdengar bunyi klik! Ya, begitulah cara Pak Polisi terus ngingetin para pengendara sepeda motor ato mobil supaya make helm standar ato sabuk pengamanan saat berkendaraan.
Semua itu disampein lewat stiker, spanduk maupun media pengingat lainnya. Semua itu dilakuin karena masih banyak pemake jalan yang mengemudikan kendaraannya dengan baik. Baik kelengkapan surat menyurat maupun cara mengemudinya. Jadi pantes aja kalo Pak Polisi selalu ngingetin kita-kita pengguna jalan.
Trus temen-temen termasuk dalam kategori mana? Pengemdi kendaraan yang baik ato justru sebaliknya. Coba kita tengok hasil polling kru indikasi yang disebar ke 300 siswa SLTA di Jogja.
Dari polling yang terkumpul bisa diketahui kalo 88,5 persen responin emang dah bisa ngendarai motor. Dan dari jumlah itu 88 persen di antaranya dah biasa bawa motor sendiri kalo ke skul. ’’Ya soalnya lebih simple,’’ alasan Rizka temen dari SMAN 9 Jogja.
Bawa motor sendiri kalo dipikir-pikir emang ngemudahin kita kemana-mana, nggak tergantung lagi ama ortu harus anter. Pulang skul mau olahraga ato les bisa berangkat sendiri.
Kalo ditengok dari yang udah biasa bawa motor, 63,7 persen responin sadar betul soal safety riding. Jadi mereka bisa dibilang masih mentingin keamanan dalam berkendaraan. Alesan Dodi Darmawan dari SMKN 1 dia ngutamain berkendaraan dengan baik soalnya nggak mau mati konyol di jalan.
Bisa jadi kesadaran itu muncul setelah merea ngedapati pengalaman buruk pas berkendara. Kebukti ada 31,5 persen responin yang ngaku pernah trauma karena ditilang, tapi ada juga yang ngalami kecelakaan.
Bayangin aja pengalaman Laila Ramadhani dari SMAN 11 yang ngaku trauma karena udah ngrasain delapan kali kena tilang saat razia.
“Aku kapok nggak nurutin peraturan malah buat tekor aja,” katanya sambil malu-malu kalo nginget semuanya.
Meski begitu 79 persen responin sadar kalo pake alat pengaman en penunjangnya itu ngebuat kita save banget di jalan. Buktinya temen kita Wrihatnolo Bayu dari SMA Kolese de Britto deg-degan banget kalo pergi-pergi lupa nggak bawa STNK, “Aku takut dikira nyolong, makanya penting banget tuh STNK. Kalo pas lupa nggak bawa, selama di jalan jadi nggak tenang,” katanya.
Nah itu kalo kita bicara soal mereka yang dah biasa berkendaraan. Tapi inget, ada 11,5 persen responin yang nggak bisa bawa kendaraan lho. Alesannya sih macem-macem. Seperti 66,6 persen responin ngrasa takut bawa kendaraan kalo ngeliat suasana jalan yang crowd banget. “Aku takut banget ngeliat orang bawa kendaraan, kesannya serem aja,” kata Bernadia Deviani dari SMA Stella Duce 1.
Sementara 19 persen responIN lainnya ngaku nggak dibolehin ama ortunya kalo pergi bawa kendaraan. Alesan ortu mereka standar-standar aja koq, mereka dianggap belum cukup umur.
Salah satu contoh disampein ama ortu salah satu siswa yang baru ngebolehin anaknya bawa kendaraan setelah usianya 17 tahun. “Biar aja sekarang naek kendaraan umum dulu, nanti kalo sudah waktunya pasti saya bolehkan,” ujar Pak Budi salah satu ortu siswa dari SMA Stella Duce 2.
Tapi ada juga lho yang meski nggak diizinin ortu, eee.malah nyolong-nyolong. Tapi jangan sampe lah terjadi apa-apa karena intinya keamanan berkendaraan di jalan itu kuncinya diawali dari diri sendiri. Ok deh, semoga pengalaman temen-teman itu bisa ngasih pelajaran buat kita dalam berkendaraan. Selamat berkendara dengan baik ya. (sha)

--------------------------------------------

SIM? Lupa Bawa Tuh!!!

SEBUT aja namanya Badu. Dia tuh sukanya ngebut sambil ngeboncengin tiga orang temennya. Emang sih, jaraknya nggak jauh, cuman di sekitaran sekolah nuju ke warung. Pemandangan seperti itu emang dah biasa kita liat di lingkungan sekolah kita. Alesan mereka sih klise, khan cuma deket. Ya... perilaku seperti itu masih sering dijumpai di antara temen-temen kita. Pastinya sih kurang tertib gitu.
Tapi mereka ngakuin kalo tindakan temen-temen dalam berkendaraan masih sering nggak tertib. Setidaknya ada 81,32 persen responin ngakuin nggak tertib pas berkendaraan. “Aku masih sering ngebut or nerjang traffict light,” aku Velika Ayu temen dari SMAN 5 Jogja.
Selain itu dari data yang ada jumlah responin yang suka nggak bawa SIM cukup tinggi juga, yaitu nyampe 79,17 persen. Alesan mereka beragam, ada yang bilang kadang lupa bawa, ada juga yang ngaku belum punya SIM.
“Aku tetep ngerasa save meski nggak punya SIM. Khan udah lumayan apal dan tau tempat-tempat yang sering ada razia,” kata Yogi dari SMA Muhammadiyah 1 Jogja.
Begitu juga masih ada 20,83 persen temen responin yang nggak bawa STNK. Padahal SIM ama STNK itu sama-sama pentingnya. Tapi Eugene dari Marsudirini ngerasa nggak kuatir, karena seringnya dia nggak jauh perginya. Padahal jauh deket risikonya sama aja khan. “Repot ah… khan kalo aku perginya nggak pernah jauh-jauh amat, juga jarang ketemuan ama polisi,’’ katanya penuh optimisme.
Dari sekian banyak temen yang sering nggak bawa kelengkapan surat, 72,22 persen ngaku karena kelupaan.
Bahkan temen kita Tirta Kencana Putri pernah keburu-buru pergi ampe lupa kalo ianya nggak make helm and lupa nggak bawa surat-surat kendaraan. Maka dari itu, kalo mau pergi jangan selalu keburu-buru. Karena faktor keamanan merupakan hal yang utama.
Ngebahas soal kelengkapan surat-surat, ternyata masih ada 69,44 persen responin ngomong nggak punya surat-surat penunjang kendaraan. Contohnya temen SMA Stella Duce 2, sebut aja namanya Novi yang jelas-jelas dengan enteng ngaku nggak punya SIM dan sering nggak bawa STNK.
’’Males banget repot gitu. Lagian perginya khan cuma ke skul,’’ katanya enteng.
Padahal kalo mau jujur, yang namanya surat-surat kelengkapan itu sama pentingnya. Karena dari surat-surat itu kita teruji kelayakannya. (sha)

--------------------------------------------

IN TALK

Sosialisasikan Aturan Baru, Light On

KENDARAAN dibuat untuk menunjang aktivitas manusia sehari-hari. Namun sebaiknya sebelum berkendara, tiap pengendara wajib tahu tentang ketentuan menggunakan kendaraan, baik sepeda motor maupun mobil. Karena semua itu sudah tersusun dalam UU No 22 Th 2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan.
Dengan UU itu, diharapkan semua pengendara wajib menjaga keselamatan dan ketertiban bagi dirinya sendiri, dan juga orang lain. Ketentuan dasar yang wajib dimiliki tiap pengendara bermotor adalah Surat Izin Mengemudi (SIM).
Proses untuk mendapat SIM yaitu Warga Negara Indonesia yang sudah berusia 17 tahun dan ikut serangkaian tes berkendara di kantor Kepolisian. Tes yang diberikan adalah pengetahuan soal rambu-rambu lalulintas, tata cara berkendaara yang benar, dan juga ketentuan lain yang mengutamakan ketertiban dan keselamatan bagi pengendara dan pemakai jalan lainnya. Selain itu tiap berkendara, motor juga harus layak jalan dan pengendara wajib mematuhi persyaratan teknis.
Untuk anak-anak sekolah dikategorikan pengendara pemula yang perlu tahu seluk beluk berkendaraan yang benar. Tiap orang harus punya SIM dulu, baru berkendara. Sesuai Pasal 106, tiap pengendara wajib mengemudikan kendaraannya dengan wajar dan penuh konsentrasi, mengutamakan keselamatan pejalan kaki dan pesepeda, dan wajib mematuhi ketentuan seperti rambu perintah atau rambu larangan, marka jalan, alat pemberi isyarat lalu lintas, gerakan lalu lintas, berhenti dan parkir, dan lain-lain serta yang paling utama adalah membawa SIM dan STNK serta memakai helm bagi pengendara sepeda motor. Kalau tidak, petugas kepolisian Bagian Lalu Lintas akan mendenda tiap pengendara yang tidak melengkapi persyaratan berkendara yang telah ditentukan UU No 22 Th 2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan.
Kurang lebih 2 tahun ini semua peraturan tentang berkendara di jalan sudah disosialisasikan ke sekolah-sekolah Menengan Atas oleh Pihak Ditlantas Polda DIY yang bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan melalui pelajaran Muatan Lokal dan juga pada Masa Orientasi Siswa baru termasuk peraturan terbaru yaitu Light On pada siang hari.
Untuk itu diharapkan perhatian dan kontrol dari orang tua dan juga sekolah selain dari pihak kepolisian agar anak-anak sekolah yang membawa kendaraan selalu mematuhi peraturan tentang tertib berkendara di jalan agar tak membahayakan keselamatan diri sendiri dan juga orang lain.
Selain itu peran komunitas-komunitas kendaraan bermotor untuk berpartisipasi aktif dalam proses sosialisasi berkendara yang benar, tertib, dan keselamatan di jalan dan juga yang utama adalah kesadaran sendiri dari tiap pengendara kendaraan untuk tertib, tidak seperti yang kalau enggak ada polisi yang jaga terus nerobos lampu merah atau juga enggak pake helm karena rumahnya dekat. (per)

Kombespol Drs. Muhammad Ikhsan, M.H.
Dirlantas, Ditlantas Polda DIY

--------------------------------------------

IN VOICE

Putri Bunga Puspaasmarawati, XII IPA 3, SMA Muhammadiyah 2 Jogja
Aku pertama naik motor saat kelas 1 SMP, tapi dapet SIM baru umur 17 sekarang. Pengalaman pernah jatuh dua kali di tikungan gara-gara nggak konsen pas bawa motor, untung aja nggak papa. Pengalaman itu bikin aku sadar kalo naik motor harus tertib, konsentrasi, dan demi mentingin keselamatan, aku jalannya pelan-pelan.


Jemi Khoh Fembri, XII Analisis Kimia, SMKN 2 Depok
Walaupun udah punya SIM, aku sendiri merasa belum jadi pengendara yang baik. Orang kalo pagi pas polisi yg jaga gak ada masih sering ikut-ikutan nerobos lampu merah. Tapi juga pernah dapet ganjaran di tangkep pak polisi pas bareng temen gara-gara nerobos lampu. Hahaha…


Shela Shany Morena, XI IPS 4, SMA Bopkri 1 Jogja
Pernah ngalamin dikejar polisi gara-gara aku nglamun pas bawa motor, udah gitu di perempatan lampu pas lampu nyala merah, terus aja gitu gara-gara nglamun. Pas itu enggak ngrasa dikejar, eh taunya dikejar pak polisi, kena deh. Dan sekarang aku lg proses bikin SIM. Hehehe…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Download MP3 Movie | DBL Radar Jogja