RADIO adalah salah satu sarana komunikasi yang nggak lekang oleh waktu, dari zaman eyang-eyang kita pas era kompeni dulu ampe era teknologi informasi saat ini, radio masih banyak dimanfaatin.
Cuma sedikit beda, radio pas zaman eyang-eyang kita dulu digunain sebagai alat perjuangan, tapi kalo sekarang radio nggak lagi dipake sebagai alat perjuangan karena zaman udah merdeka hehehe..
Di era sekarang ini radio banyak nyuguhin berbagai macem program buat semua segmen. Dari orang tua ampe anak-anak, dari acara musik major label hingga indie label.
Akibat dari adanya program buat indie label itu, ngebikin tiga anak muda terinspirasi ngebentuk band jenis indie-pop, dan band itu dinamai Lampukota.
Yups, seunik dan se-yummy namanya, band ini nawarin konsep unik juga buat mengapresiasikan musiknya lewat alunan Jingle Pop. Dan band ini sendiri diawaki oleh Buddy Prasetyo (vokal & gitar), Kiki Tsalasita (gitar & vokal), Aryf Kusuma (drum & tamborin) serta dibantu (additional player) Anandito Susetyiadi pada posisi Bass.
“Awalnya kita pengen kayak band yang udah nongol duluan, macem Bangkutaman, GuntingKuku, Pure Saturday de el el. Kita ngekor mereka juga sih cuma kita tambahin dengan ngasih sentuhan unik nada gitar, maka jadi deh, Jingle Pop-nya,” tukas Aryf saat menjumpai kru Indikasi Radar Jogja di Indikasi Corner.
Dalam pemilihan nama band yang terdenger unik ini para personel Lampukota ngaku kalo ada makna filosofinya lho. Dan makna filosofi tersebut adalah mereka pengen menerangi belantika musik Indonesia kayak lampu kota memberikan cahaya terhadap jalanan kota.
Maksudnya? “Harapan kita sih, nantinya lagu-lagu karya kita bisa memberikan cahaya bagi para pendengarnya seperti fungsi dari lampu kota itu sendiri,” jelas sang drummer sambil membenahi topi di kepalanya.
Nama Lampukota ini ngingetin kita ama nama-nama band yang unik lainnya, sebut aja Bangkutaman, Gelasplastik, GuntingKuku, Rumah Sakit, dan Planetbumi. Usut punya usut, ternyata dari nama-nama band yang unik tersebut yang ngasih inspirasi tercetusnya Lampukota. Asik juga nih, kayak sodara di dalam satu keluarga aja ya hehehe..
Guys, band yang terbentuk pada Juli 2006 ini merupakan evolusi dari Feelokay, dan karena ada suatu hal maka sejak November 2007 lalu tersebutlah nama Lampukota.
Kalo lampu kota nerangin jalanan cuma pada malem hari, tapi Lampukota ini tidak hanya nyala pada malem hari. Yang maksudnya tuh, Lampukota bukanlah band setengah-setengah, Lampukota telah ngebuktiin eksistensinya dengan menjadi finalis regional di gelaran Indiefest milik sebuah perusahaan rokok tanah air pada tahun 2007 lalu.
Meski gagal keluar sebagai yang terbaik, tapi dua nomor Lampukota yakni Jangan Mati dan Come On Come On diapresiasi positif oleh para juri.
“Dari situ kita makin lebih giat berkreasi dan tidak patah arang untuk terus maju pantang mundur,” cerocos pemuda yang baru kelar kuliah di jurusan Sosiatri UGM ini.
Selain prestasi itu, mereka juga sempet ngerilis album EP Jangan Mati. Dan baru-baru ini salah satu karya mereka juga nongol di sebuah kompilasi bernama DIY on DIY. Lalu rencananya Lampukota juga bakalan segera ngerilis full albumnya, so wait and see aja brur.
Wahh….. Manteb nggak tuh? Jadi Lampukota memang bukanlah band setengah-setengah kayak lampu kota yang cuma nerangin kota di malem hari. Dan Lampukota bukanlahband yang beberapa saat nongol di permukaan, lalu nggak lama kemudian menghilang bak di telan bumi.
Meskipun telah meraup beberapa prestasi, ternyata Lampukota hingga saat ini masih memendam sebuah hasrat, yakni mereka berharap bisa menjadi bagian pengisi acara di sebuah acara Pensi. Eitss, ini bukan berarti mereka nggak diperhitungkan lho, tapi mereka pengen menyampaikan sebuah misi, yang menurut mereka adalah misi yang mulia untuk perkembangan musik lokal.
Penasaran khan ama misi tersebut? Yah, menurut pandangan mereka, kebanyakan acara Pensi tuh merupakan ajang yang latah. Kalo misalnya di sebuah Pensi skul sukses karena ngundang band X, eh skul laen jadi ikut-ikutan juga untuk ngundang band X tersebut.
Menurut Lampukota, hal ini kurang sehat bagi perkembangan musik lokal, sebab ntar bisa bikin kesenjangan yang pada akhirnya akan mempersempit ruang sebuah band terutama band-band lokal.
“Padahal disini (DI Jogjakarta) terdapat banyak sekali band kreatif yang kaya akan ide dan pembaharuan serta memiliki kualitas yang mumpuni, sayang kalo nggak di apresiasi” tegas Aryf dengan nada optimis dan antusias. “Jadi disinilah misi kita, yakni pengen ngasih sebuah wawasan bahwa musik itu nggak sempit dan nggak hanya tertumpu pada satu titik saja,” tambahnya. (why/fer)
yak bener bgt!! tapi down load lagunya lampu kota dimana yah!!!???kok gak ngeh gw!!
BalasHapus